Terkini.id, Jakarta - Perekonomian harus terus berputar agar pembangunan dalam masyarakat juga dapat dilakukan, baik infrastruktur maupun manufaktur. Untuk itulah, ekspor dianggap salah satu instrumen penting dalam kesinambungan pergerakan roda perekonomian.
Sayangnya, pelaku eksportir saat ini menghadapi kelangkaan kontainer yang berimbas terhadap biaya pengiriman yang melonjak gokil alias gila-gilaan mahal, khususnyaselama pandemi Covid-19. Hal itu sendiri sudah sering dikeluhkan pengusaha kepada stakeholder, lalu apa tanggapan pemerintah khususnya kementerian perdagangan?
Wamendag Jerry Sambuaga mengakui, permasalahan kelangkaan dan tarif kontainer kapal tidak dapat dituntaskan sendirian oleh Kementerian Perdagangan, sehingga pihaknya akan terus intensif berkomunikasi dengan Kementerian Perhubungan dengan melobi-lobi perjanjian dagang internasional.
“Ini butuh dukungan semua pihak, saya ingin sampaikan bahwa bukan hanya Indonesia yang mengalami kesulitan soal kontainer, hampir semua negara seperti itu. Dan ini koordinasi lintas Kementerian, misalnya dengan Kementerian Perhubungan,” beber Jerry di Jakarta, seperti dilansir CNBC Indonesia, Jumat 11 Juni 2021.
Sementara itu, Presiden Direktur Sun Paper Source Ventje Hermanto mamaparkan dua poin penting tantangan yang dihadapi saat ini, yaitu masalah kenaikan freight dan kelangkaannya, serta regulasi impor bahan baku.
“Tentu ini akan membuat harga (ekspor) tisu menjadi tidak kompetitif dibanding negara lain yang masih rendah harga freight-nya. Daya saing jadi berkurang di pasar global,” alasannya.
Terkait hal itu, Kementerian Perdagangan sedang mengincar pasar nontradisional untuk meningkatkan pasar ekspor, salah satunya mengarah pada Pakistan. Wamendag menyebut perlu ada diversifikasi ekspor baik dari segi tujuan maupun jenis produk, salah satunya dilakukan melalui perjanjian perdagangan.
“Terkait pengembangan pasar ekspor ke Pakistan, kita akan mendorong ekspor tisu ke Pakistan. Kita berharap mendapat tarif nol persen karena adanya perjanjian perdagangan,” imbuhnya.
Perjanjian perdagangan bakal memberikan insentif, baik dari sisi tarif maupun nontarif terhadap banyak sekali produk ekspor Indonesia. Salah satu produk yang mendapat benefit dari perjanjian perdagangan adalah tisu.
Jerry melepas produk tisu Sun Paper Source sebesar 130 ton ke Amerika Serikat (AS), Jerman, Jepang, Tiongkok, dan Australia, di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, Kamis 10 Juni 2021.
Laporan Fastmarket RISI 2021, menguraikan jika kenaikan ekspor tisu secara nasional dari Indonesia sebanyak 122.000 ton sekitar delapan persen. Dari 676 ribu ton pada 2019 menjadi 798 ribu ton pada 2020. Sejatinya, produk tisu dalam bentuk parent roll buatan Indonesia mendominasi di Asia Pasifik.
Adapun Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia Mahendra Rianto mengatakan, eksportir yang paling terdampak adalah eksportir kecil seperti usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Pasalnya, biaya logistik dapat lebih mahal ketimbang harga jual produknya.
"Harga per kontainer melebihi Rp 50 juta yang biasanya di bawah Rp 20 juta, naiknya gila-gilaan membuat kita sulit ekspor," jelasnya















