Terkini.id, Jakarta - Viral di media sosial (medsos) terkait keluhan seorang warganet menyoal harga makanan di kawasan wisata Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang dinilai terlalu mahal untuk menu biasa seperti mi instan rebus.
Hal ini berawal dari unggahan foto bon pembelian makanan di Kedai Rizqi Maulana yang beredar di medsos. Konsumen yang makan di sana, merasa harga mi instan rebus di warung tersebut terlalu mahal.
Lantas, apa jawaban pemilik warung? Pengelola Kedai Rizqi Maulana, Dila Nuraulia (29) kepada wartawan, Rabu 2 Juni 2021, yang diwartakan Kompas Jumat 6 Juni 2021, membantah mematok harga yang tidak wajar guna meraup keuntungan.
Dila mengatakan, yang terjadi murni lantaran kekeliruan pegawainya saat menghitung pembayaran makanan. Seharusnya, imbuh Dila, harga untuk dua porsi mi rebus Rp 36 ribu, bukan Rp 54 ribu seperti yang tertulis di bon.
Ia menjelaskan, satu porsi mi rebus dengan telur dijual Rp 18 ribu. Menurut Dila, itu bukan bukan “tembak harga”, pasalnya memang harganya memang dipatok begitu.
“Cuma kesalahannya yang Rp 18 ribu dikali dua sama dengan Rp 54 ribu. Itu seharusnya Rp 36 ribu. Kebetulan yang kerjanya (karyawan) mungkin ngantuk, capek,” terang Dila.
Ia menambahkan, kesalahan penghitungan pembayaran terjadi saat tengah malam, sehingga diduga pegawai yang melayani konsumen tidak cermat. Dila sendiri mengaku bersedia mengembalikan uang dari selisih harga makanan tersebut kepada pengunjung yang merasa dirugikan.
“Hubungi saya saja atau datang lagi ke sini, uangnya dikembalikan kalau merasa dirugikan,” bebernya.
Dila mengungkapkan, kejadian itu baru pertama kali terjadi sejak warungnya beroperasi dua tahun lalu. Pasca viral di medsos, ia mengaku sempat kebingungan lantaran khawatir warungnya bakal sepi pengunjung.
Akan tetapi, dalam kenyataan tidak demikian. Pasalnya, warungnya tetap ramai dikunjungi pembeli. Dila juga menilai harga makanan di warung miliknya tergolong wajar, sama seperti harga makanan di kawasan Puncak lainnya.
Menurutnya, salah satu yang membuat pemilik warung menetapkan tarif tersebut karena mereka juga mengontrak tempat.
“Kalau harga di sini mah normal ya, di tempat wisata kayak gini mah. Soalnya ngontrak warungnya enggak murah di sini, belum gaji karyawan, belum biaya kebersihan,” beber Dila.















