Terkini.id, Jakarta - Seorang pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin menanggapi polemik BEM KM Unnes yang memberikan julukan baru kepada Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan Ketua DPR RI, Puan Maharani.
Seperti yang diketahui, BEM KM Unnes meluncurkan aksi digital dengan memberikan julukan kepada Ma'ruf Amin dengan sebutan The King of Silent dan Puan Maharani dengan sebutan The Queen of Ghosting pada Selasa, 6 Juli 2021.
Menanggapi hal tersebut, Ujang dengan blak-blakan mengatakan bahwa julukan yang diberikan BEM KM Unnes adalah objektif dan sulit untuk dibantah.
"Apa yang dikritik oleh BEM tersebut merupakan kondisi objektif di lapangan," ungkap Ujang seperti dikutip oleh terkini.id dari sindonews.
"Apakah mereka berdua seperti itu, tentu mereka berdua yang harus bercermin diri. Apa yang dikritik oleh BEM kepada Puan dan MA itu mencerminkan fakta yang sulit untuk dibantah," sambungnya.
Selanjutnya ia juga mengatakan bahwa kritik yang dilontarkan oleh BEM KM Unnes dan Bem lainnya adalah kritikan dengan arus yang baru.
"Hal tersebut merupakan kritik genre baru, arus baru kritik terhadap pemerintah menggunakan sarana media sosial. Termasuk kritik pada Puan dan Ma'ruf Amin," ucap Ujang.
Ujang pun mengatakan bahwa kritikan seperti itu berbuah efektif dan membuat pihak yang dikritik tertampar.
"Dan membuat pihak yang dikritik juga kebakaran jenggot," ungkap Direktur Eksekutif IPR tersebut.
Ia juga menegaskan bahwa kritikan dari BEM KM Unnes harus diterima dengan lapang dada.
"Biarkan kritikan tersebut menghujam mereka berdua. Terima kritik dengan lapang dada," pungkasnya.















