Cadangan Nikel Indonesia Masih Banyak, Bahlil Tidak Percaya Cuma 15 Tahun

Cadangan Nikel Indonesia Masih Banyak, Bahlil Tidak Percaya Cuma 15 Tahun

HZ
Hasbi Zainuddin

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Jakarta - Cadangan Nikel Indonesia dinilai masih banyak, bahkan jauh lebih besar dari perkiraan 15 tahun. Menurut Menteri Investasi - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal, Bahlil Lahadalia, informasi cadangan nikel Indonesia hampir habis itu tidak benar.

Bahlil Lahadalia menduga, informasi soal cadangan nikel tinggal 15 tahun lagi, bersumber dari perkiraan orang-orang yang melihat jumlah eksplorasi nikel disandingkan dengan dengan kapasitas smelter yang ada.

Karena menurut dia, tidak ada kajian mendalam soal cadangan nikel Indonesia.

Dia pun meyakini cadangan nikel nasional masih berlimpah, terutama di Papua. Hanya saja, belum banyak dieksplorasi

Menurut Bahlil, belum ada kajian teknis yang menyatakan bahwa cadangan nikel nasional akan raib 15 tahun lagi. Dia pun menyebut nikel masih berlimpah di Papua.

"Saya tidak yakin 15 tahun. Di Papua itu masih banyak nikel, jadi saya pikir bahwa apa yang dikhawatirkan 15 tahun itu tidak benar," ujarnya kepada awak media di Jakarta, Selasa 20 Agustus 2023.

Bahlil menduga pernyataan cadangan nikel akan habis dalam 15 tahun itu hanya dalam persepsi orang-orang. Utamanya, ketika melihat hasil eksplorasi nikel disandingkan dengan dengan kapasitas smelter yang ada.

Dia menuturkan saat ini masih banyak daerah di Indonesia yang belum dilakukan eksplorasi. Oleh karena itu, Menteri Investasi/Kepala BKPM meyakini cadangan nikel nasional masih banyak.

"Kan banyak yang belum dilakukan eksplorasi, jadi [cadangan nikel] masih banyak," kata Bahlil.

Nikel Berlimpah, Perusahaan Malah Impor Pada kesempatan yang sama, Bahlil juga merespons isu terkait perusahaan domestik yang mengimpor bijih nikel. Dia menilai Indonesia tidak kekurangan pasokan, sehingga perusahaan membeli bijih nikel dari luar negeri.

"Kalau persoalan impor, saya enggak yakin bahwa terjadi kekurangan pasokan. Orang kan membangun smelter di Indonesia, punya tambang nikel di beberapa negara," tutur Bahlil.

Menurutnya, upaya impor bijih nikel itu adalah praktik bisnis biasa. Seperti yang ia utarakan, pihak yang membangun smelter di Indonesia, memiliki tambang nikel di beberapa negara.

Bahlil mencontohkan Sulawesi Utara dan Filipina yang berdekatan secara geografis. Dia menilai ada kemungkinan ketika jaraknya berdekatan, praktik bisnis seperti impor bisa terjadi.

"Sulawesi Utara sama Filipina kan lebih dekat, mungkin saja [impor]. Dia bangun smelter itu dekat juga, ada juga tambangnya di Filipina, mungkin saja. Kalau cadangan nikel kita cukuplah. Mayoritas cadangan dunia kan di Indonesia, itu [impor] cuma persoalan praktik bisnis biasa," tutup Bahlil.

Data Kementerian ESDM

Booklet Tambang Nikel 2020 Kementerian ESDM mencatat, cadangan nikel Indonesia untuk jenis produk nikel matte, NPI, dan FeNi sebesar 2,6 miliar ton dan bisa bertahan hingga 27 tahun (2047).

Sedangkan cadangan nikel untuk jenis produk MHP, NiOH, cadangannya 1,7 miliar ton dan bisa bertahan hingga 73 tahun (2093).

Untuk diketahui, cadangan nikel di Indonesia, 90 persen berada di Sulawesi Tenggara, Selatan, Utara, Tengah dan Maluku Utara,