Terkini.id, Jakarta - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengaku fokus terhadap program ekonomi inklusif atau pemberdayaan perkembangan perekonomian di pedesaan. Hal itu diimplementasikannya dalam realisasi program Desa Digital. Sehingga, pandemi Covid-19 tidak menjadi pengalang untuk bekerja, khususnya dalam mengembangkan perekonomian di pedesaan.
“Jadi jangan kaget kalau di Jawa Barat kita kasih makan lele pakai handphone, cari ikan di laut dengan teknologi fish finder. Semua inovasi itu kita lakukan sebagai bagian kemajuan zaman di era digital,” terang Kang Emil panggilan akrab Ridwal Kamil dalam kegiatan webinar bertajuk “Domisili Desa, Rejeki Kota: Upaya Milenial Bertumbuh Secara Ekonomi Lewat Pemberdayakan Masyarakat dan Pelestarian Alam di Desa” yang diselenggarakan Dewan Pers dan BBC Media Action melalui aplikasi Zoom, Kamis 3 Juni 2021.
Ridwan Kamil juga memaparkan, pemerintah Jawa Barat melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa juga memiliki program One Village One Company (OVOC) atau satu perusahaan di masing-masing desa yang dikelola anak-anak muda andal.
“Kita memberdayakan tanah-tanah desa dengan program satu desa satu perusahaan, kita punya mimpi 5.312 desa punya 5.312 perusahaan. Ini agar anak-anak muda tidak lagi fokus untuk mencari pekerjaan di kota,” paparnya.
Menurut Ridwan Kamil, hal yang dilakukan pihaknya di tengah pandemi Covid-19 ini adalah upaya esensial guna memberdayakan sumber daya manusia (SDM) di pedesaan yang nantinya dapat berkarya membangun perekonomian desa, sehingga tidak lagi berkeinginan untuk ramai-ramai eksodus ke kota.
“Dalam survei yang pernah kami lakukan, pelaku pertanian dilakukan orang-orang tua di atas 50-60 tahunan. Anak-anak mudanya ramai-ramai ke kota, sehingga dikhawatirkan tidak ada kesinambungan dalam bidang ini nantinya di desa, dan nantinya hal itu menjadi masalah besar bagi kita,” imbuhnya.
Untuk itu, Ridwan Kamil mengimbau agar anak-anak muda kaum milenial tidak lagi berorientasi untuk mencari nafkah di kota. Apalagi, dengan kemajuan teknologi digital semua daerah di Indonesia sudah setara.
“Jadi, untuk apalagi mau ke kota. Para kaum rebahan cukup memencet smartphone mereka, melakukan berbagai tugas dengan mudah. Tidak perlu ke kota karena semua sudah lebih mudah bekerja dalam dunia digital,” paparnya.
Selain Ridwan Kamil, kegiatan juga menghadirkan narasumber Ahli Komunikasi Effendi Gazali, Mira Tayyiba dari Kominfo, Ahli Bitechnology Sharlini Erliza Putri, Helena Rea dari BBC Media Action, dan Ketua Komisi Hubungan Antar Lembaga dan Internasional Dewan Pers Agus Sudibyo.
Dalam penyampaiannya, Effendi Gazali mengatakan tema diskusi yang diangkat sangat menarik, terutama terkait pemberdayaan generasi milenial agar tertarik untuk kembali dan tetap tinggal di desa.
“Desa harus dikembangkan sebagai wilayah, bukan hanya sekadar ajang produksi pertanian, peternakan dan perikanan tetapi juga harus dilibatkan dalam proses pemasaran produk-produknya yang berbabasis informasi yang up to date,” ungkapnya.
Sementara itu, senada Ridwan Kamil dan Effendi Gazali, Helena Rea mengakui jika tema yang diangkat pihaknya dengan Dewan Pers dalam kegiatan kali ini penting lantaran bertujuan menggugah kesadaran masyarakat, khususnya anak-anak muda di pedesaan.
“Mengapa jutaan saudara kita begitu mendambakan mudik pada momentum Idul Fitri kemarin? Mengapa pulang kampung adalah tarikan batin yang sulit ditangguhkan bagi banyak orang? Karena kita selalu rindu kampung halaman. Hal ini menjadi inisiatif anak muda untuk kembali ke kampung halaman dan mengembangkan lingkungannya,” ungkapnya.