Ketua Umum ISSC Budi Harta Winata Desak Pemerintah Stop Impor Baja Kontruksi

Ketua Umum ISSC Budi Harta Winata Desak Pemerintah Stop Impor Baja Kontruksi

EP
Echa Panrita Lopi

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini, Jakarta - Ketua Umum Indonesian Steel Structure Center (ISSC), Budi Harta Winata mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk segera menghentikan impor baja kontruksi terutama dari Vietnam dan China.

Menurut Budi, impor baja kontruksi telah mengganggu rantai pasok nasional dan mengancam puluhan ribu tenaga kerja lokal di sektor konstruksi baja.

"ISSC mendesak pemerintah mengambil langkah tegas untuk stop masuknya baja impor, terutama dari Vietnam dan China," kata Budi usai pelaksanaan Seminar dan Forum Bisnis ISSC di Hotel Lumire, Jakarta, Rabu 27 Agustus 2025.

Budi yang juga Ketua KKSS Kabupaten Bekasi tersebut menyampaikan bahwa konstruksi baja impor mengganggu rantai pasok dalam negeri.

"Dampaknya tidak hanya pada material utama, tetapi juga pada consumable seperti kawat las dan komponen pendukung lainnya," tegasnya.

Disebutkan Budi yang juga Pemilik PT Artha Mas Graha Andalan menyebut bahwa yang paling terdampak terhadap puluhan ribu tenaga kerja, terutama para welder yang hidupnya bergantung pada konstruksi baja nasional.

Kepada awak media, ia juga turut menyoroti kondisi di sejumlah kawasan industri seperti Batam, di mana proyek konstruksi baja marak tetapi sebagian besar tidak menggunakan produk dalam negeri.

“Banyak welder sekarang mengeluh sepi pekerjaan. Padahal mereka melihat konstruksi baja tumbuh di sekitar mereka. Ironisnya, itu bukan buatan Indonesia. Kalau ini tidak dihentikan, industri baja lokal kita akan semakin terpuruk,”kata Budi kepada media usai kegiatan.

Masih kata dia, masuknya baja impor membuat investasi besar yang digadang-gadang pemerintah justru tidak memberi dampak positif ke perekonomian menengah ke bawah.

“Buat apa ada investasi kalau tidak memutarkan ekonomi di dalam negeri? Baja konstruksi adalah produk padat karya, yang melibatkan banyak tenaga kerja. Kalau terus dibanjiri impor, ini bisa menjadi bom waktu bagi ketenagakerjaan kita,”imbuhnya.