Terkini.id, Jakarta - Dalam masa pandemi Covid-19 yang belum berkesudahan, banyak masyarakat yang mencari pengobatan menurut versi yang diyakininya. Tentu hal itu berbahaya lantaran tidak melalui kajian ilmiah para pakar.
Terkait viralnya ivermectin jadi obat Covid-19, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) angkat bicara menyoal klaim yang menyebut Invermectin dapat digunakan untuk mengobati pasien Covid-19.
Lantas, apa tanggapan BPOM? Perlu diketahui, uji in vitro di laboratorium memang menunjukan Ivermectin berpotensi jadi obat sekaligus mencegah Covid-19. Kendati demikian, uji klinis tetap diperlukan guna menjamin, keamanan, khasiat dan efektivitasnya.
“Ivermectin merupakan obat keras yang dibelinya harus dengan resep dokter, dan penggunaannya di bawah pengawasan dokter,” ujar BPOM melalui keterangan resmi yang diterima wartawan di Jakarta, Kamis 10 Juni 2021.
Seperti diketahui, Ivermectin terdiri dari kaplet 12 miligram, terdaftar di Indonesia untuk indikasi infeksi kecacingan (strongyloidiasis dan onchocerciasis). Ivermectin diberikan dalam dosis tunggal 150 mcg hingga 200 mcg per kilogram berat badan (BB), dengan pemakaian satu tahun sekali.
Jika begitu, apa saja efek samping obat Ivermectin? Menurut BPPOM, Ivermectin yang digunakan tanpa indikasi medis dan tanpa resep dokter dalam jangka waktu panjang, dapat mengakibatkan efek samping seperti nyeri otot atau sendi, ruam kulit, demam, pusing, diare, penyakit, dan Sindrom Stevens-Johnson atau kelainan langka pada kulit.
Guna menghindari berbagai efek samping tersebut, BPOM mengingatkan agar tidak sembarangan membeli dan mengonsumsi obat yang masih diuji ini tanpa resep dokter, termasuk tidak membeli lewat online.
“Untuk penjualan obat Ivermectin, termasuk melalui online tanpa ada resep dokter dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku,” imbau BPOM.
Sementara itu, BPOM berjanji akan terus menyampaikan perkembangan penelitian pengobatan Covid-19, termasuk obat Ivermectin dan berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO).