Terkini.id, Jakarta - Pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri terus ditambah untuk menjaga wilayah yang dianggap rawan di Papua.
Penambahan prajurit ini menyusul tewasnya Kepala Badan Intelejen Negara (BNI) Papua, Brigjen TNI Putu I Gusti Putu Dani, pada Minggu, 25 April 2021, di Distrik Beoga, Puncak, Papua.
Pada Selasa, 18 Mei 2021, pasukan Marinir yang akan bertugas menjaga daerah rawan diberangkatkan.
Melansir Koran Jakarta, pasukan ini tergabung dalam Satgas Muara Perairan (Mupe) dan Satgas Pulau Terluar (Puter) XXV wilayah Timur.
Menurut Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri, Paulus Waterpauw, setidaknya terdapat 400 pasukan ditambahkan setelah tewasnya petinggi intelijen, seperti dilansir terkini.id dari reuterscom.
Paulus mengatakan bahwa tujuan dari penambahan pasukan itu untuk memusnahkan pemberontak bersenjata (istilah yang dipakai pemerintah untuk melabeli kelompok pro kemerdekaan Papua).
"Tujuannya adalah untuk memusnahkan mereka yang berada di balik tindakan kekerasan yang mengerikan ini," katanya, seperti dilansir dari reutercom pada Sabtu, 22 Mei 2021.
Penambahan pasukan ini bukan memberikan rasa aman kepada masyarakat sipil, tetapi justru menjadi teror.
Baru-baru ini, Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melaporkan bahwa TNI dan polisi telah melakukan pengeboman udara dengan menggunakan tiga helikopter di desa-desa di Distrik Ilaga tanggal 15-16 Mei 2021.
Juru bicara TPNPB, Sebby Sambom, mengatakan bahwa aparat keamanan Indonesia meluncurkan 40 serangan bom roket di pangkaran mereka tetapi sejumlah rumah adat juga terkena bom.
Akan tetapi, TNI membantah semua tuduhan tersebut dan menuduh balik TPNPB berbohong.
Menasir CNNIndonesia, Juru bicara Komandan Pertahanan Regional III, Kolonel Czi IGN Suriastawa, mengatakan bahwa itu adalah tipuan.
"Seperti biasa 'TPNPB News' bikin berita bohong. Kami tahu siapa mereka jadi tidak perlu ditanggapi, buang-buang waktu saja," katanya.
Namun, Suriastawa tidak menjelaskan lebih lanjut mengenai kondisi dan keamanan di Ilaga, Papua.
Konflik antara aparat keamanan Indonesia dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang tidak kunjung henti berdampak pada masyarakat sipil.
Rabu lalu, puluhan warga Desa Kabuki, Kecamatan Mabugi mengungsi ke Ilaga, Ibu Kota Kabupaten Puncak, Papua.

Mereka tiba di lokasi pengungsian setelah dua pekan berjalan kaki menyusuri hutan dan melewati dua gunung.
Melansir jubico, seseorang warga Kabuki mengatakan bahwa para pengungsi berjalan melewati hutan gunung Gergaji dan gunung Kelabo yang terkenal dengan lereng curamnya dan medan yang sangat berat.
Bagi mereka, mengungsi adalah pilihan yang lebih baik daripada terus-menerus takut pada militer Indonesia dan kelompok bersenjata.
"Kami melewati sisi jurang, jalan (yang biasanya) tidak bisa dilalui orang," ujarnya kepada Jubi pada Rabu, 19 Mei 2021, seperti dikutip terkini.id.
Mereka ini menambah daftar orang yang mengungsi akibat konflik yang meningkat antara TNI dan Polri dengan TPNPB sejak awal April.
Warga Kabuki akan bergabung dengan para pengungsi lain dari Distrik Gome Utara.

Untuk sementara waktu, mereka tinggal di rumah Kepala Desa Gome Utara, Ibu Herman.
Seorang pengungsi yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan bahwa pemerintah perlu mencatat jumlah pengungsi di Kabupaten Puncak.
Menurutnya, jumlah pengungsi internal termasuk yang mengungsi ke Kabupaten Nabire dan Mimika diperkirakan mencapai ribuan.
Dia juga mengatakan, pengungsi membutuhkan bantuan pangan karena tidak bisa bercocok tanam akibat pindah dari tempat tinggalnya.
Selain itu, pengungsi lainnya meminta Pemerintah menangani konflik bersenjata di Puncak dengan serius.
Menurutnya, hal ini telah membuat masyarakat menjadi korban pelanggaran HAM dan kehilangan akses fasilitas publik, seperti kesehatan dan pendidikan.
"Pemerintah tidak bisa melewatkan fakta ini, orang-orang sangat trauma. Lebih baik militer ditarik dari Puncak, Papua," ujarnya seperti dikutip terkini.id pada Sabtu, 22 Mei 2021.
Diketahui seluruh warga Desa Dambet dan Tinggilibet di Kecamatan Beoga sudah mengungsi.
Mereka mengungsi ke Distrik Wangbe, beberapa ke Distrik Beoga Timur, dan yang lainnya ke Kabupaten Timika.