Terkini.id - Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia, Islah Bahrawi ikut mengomentari film dokumenter Dirty Vote yang mengupas dugaan kecurangan Pemilu dan peran Presiden Jokowi yang diduga melibatkan lembaga negara untuk mendukung Paslon Prabowo-Gibran di Pilpres 2024.
Islah Bahrawi pun mengaku sudah menonton Dirty Vote sampai selesai. Ia juga mengomentari soal dugaan skenario Jokowi untuk memenangkan Paslon Prabowo-Gibran, sebagaimana yang diungkap oleh film dokumenter tersebut.
Hal itu disampaikan Islah Bahrawi saat tampil di Podcast Abraham Samad SPEAK UP, Selasa, 13 Februari 2024.
Dalam tayangan podcast tersebut, awalnya Islah mengaku ikut menjadi korban intimidasi dari lembaga negara saat dirinya dan Cawapres saingan Gibran yakni Mahfud MD hendak mengadakan kegiatan asosiasi kepala desa di Jawa Timur.
"Saya menjadi korban juga bersama pak Mahfud, ketika ingin mengadakan kegiatan asosiasi kepala desa di Jawa Timur, dua hari sebelum kegiatan itu dilakukan, kepala desa itu dipanggil oleh Polda Jatim dan ditakut-takuti. Ini intimidasi terhadap kepala desa. Karena kasihan ke kepala desa sehingga kami dan pak Mahfud memutuskan membatalkan acara itu," cerita Islah Bahrawi kepada Abraham Samad.
Ia lalu berpendapat, ketika Jokowi merancang untuk merekayasa kemenangan Gibran, maka hal itu merupakan embrio lahirnya sistem totalitarian seperti halnya yang pernah diterapkan Adolf Hitler di Jerman.
"Menurut saya ketika dia berusaha merancang untuk merekayasa kemenangan anaknya menurut saya ini bagian embrio totalitarian yang akan diberlakukan Jokowi, seperti Hitler. Ini adalah hal yang tidak bagus bagi demokrasi kita," kata Islah.
"Kalau ini dibiarkan dan rakyat tidak protes terhadap aksi-aksi Jokowi, maka ini akan membahayakan bagi bangsa dan juga generasi masa depan," sambungnya.
Selain itu, lanjut Islah, Jokowi sekarang ini sudah mendaulat dirinya seperti berhala yang disembah oleh rakyat.
"Pak Jokowi ini mendaulat dirinya seperi berhala. Ketika seorang pemimpin menganggap rakyatnya menyembah dirinya, maka dia telah memberhalakan dirinya sendiri dan memaksa rakyatnya untuk menyembahnya," tuturnya.
Oleh karena itu, Islah Bahrawi menilai sosok Jokowi saat ini berbeda dengan Jokowi yang dulu. Sekarang, menurutnya, Jokowi sudah seperti monster.
"Bagaimana Pak Jokowi hari ini? Yah mohon maaf saya harus menggunakan istilah kok seperti monster gitu. Pak Jokowi itu betul-betul bukan Pak Jokowi yang dulu," ujarnya.