Terkini.id — Head of Communications PT Vale Indonesia, Suparam Bayu Aji menjelaskan, salah satu tantangan dalam industri nikel di Indonesia nikel di Indonesia adalah pengelolaan air limpasan tambang.
Hal itu disampaikan dalam event Mining for Journalist di kawasan Ampera Raya, Jakarta Selatan, Kamis (29/2), yang digelar Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI).
Di acara yang mengambil tema 'Pertambangan dan Hilirisasinya dalam Mendukung Lingkungan Yang Berkelanjutan' ini, PT Vale Indonesia menegaskan pentingnya praktik penambangan berkelanjutan di industri nikel.
Hadir sebagai pembicara yakni Head of Communications PT Vale Indonesia Tbk (PT Vale) Suparam Bayu Aji, Direktur PT Arutmin Indonesia yang juga Wakil Ketua Umum PERHAPI Sudirman Widhy Hartono, Direktur HSE Harita Nikel Tony H Gultom.
Selain itu, hadir Ketua Dewan Pakar PERHAPI Prof Irwandy Arif, serta perwakilan dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Bayu Aji dalam paparannya mengatakan, nikel adalah bagian solusi transisi energi, sehingga pengolahan nikel diharapkan dilakukan secara berkelanjutan.
“Pertambangan sangat dibutuhkan. Tetapi kami juga percaya bahwa tidak akan ada pertambangan kalau kita tidak memikirkan masa depan, tidak memikirkan keberlanjutannya.
“Pengolahan nikel diharapkan dilakukan secara berkelanjutan, mulai dari proses penambangan di tambang hingga ujungnya di baterai sampai (dibuat untuk) mobil listrik,” kata Bayu.
Dalam pengolahan nikel secara berkelanjutan di Indonesia yang merupakan jenis Laterite, beberapa tantangan utama, di antaranya yakni pengelolaan air limpasan dan menjaga keanekaragaman hayati.
Terkait pengelolaan air limpasan, dijelaskan Bayu Aji, PT Vale Indonesia melakukan pengendalian efluen dan sedimentasi terintegrasi.















