Terkini.id, Jakarta - Seorang Pakar Ekonomi dan Politikus Dr. Ir. Rizal Ramli mengutarakan pandangannya mengenai 113 tahun kebangkitan nasional di Indonesia.
Pernyataan tersebut diunggah dalam sebuah video di kanal Youtube Bang Edy Channel yang berjudul 'Pemimpin Memble Bikin Masalah Jadi Tambah Ruwet, Ruwet, Ruwettt!' pada Selasa, 01 Juni 2021.
Dalam video tersebut, menceritakan sebuah fenomena tentang Indonesia yang sudah 113 tahun merayakan kebangkitan nasional tetapi kondisi bangsanya masih jauh dari kata sejahtera.
Dr. Rizal Ramli selaku narasumber dalam acara tersebut memberikan banyak pandangannya.
Ia menjelaskan bahwa pemimpin memiliki pengaruh besar dalam memakmurkan rakyatnya.
Menurut Rizal, makin lama pemimpin yang ada saat ini malah jauh dari kata konsisten.
"Makin lama makin kesini, pemimpin itu makin jauh antara niat, kata-kata dan tindakan," ucap Rizal Ramli seperti dikutip oleh terkini.id.
"Seluruh pemimpin yg berhasil memakmurkan rakyatnya, selalu konsisten antara niat, kata-kata, dan tindakan," sambungnya.
Rizal juga menjelaskan bahwa saat ini mayoritas pemimpin yang ada bersifat pragmatis dan rakus.
"Saat ini mayoritas sangat pragmatis, sangat oportunis pemimpinnya, dan makin rakus," ucapnya.
"Makanya tidak ada tempat untuk intelektual, empati, dan kemanusiaan," sambungnya.
Rizal Ramli kemudian menceritakan masanya sewaktu menjadi mahasiswa yang berjuang melawan rezim otoriter yang mempraktikkan KKN.
"Kita dulu berhasil mengalahkan kepemimpinan otoriter yg KKN tapi tidak lama kemudian, kemenangan itu hanya sementara, anasir-anasir otoriter kembali masuk ke kekuasaan," pungkasnya.
"Kalau kita lihat sejarah dunia, hanya pemimpin tangguh yang bisa membawa negaranya keluar cepat dari krisis," jelasnya.
"Pemimpin memble sebaliknya, masalah yang ada dibikin lebih ruwet, lebih kompleks," tegas Rizal Ramli.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa pemimpin yang memble juga kerap ditunggangi oleh kepentingan golongan.
"Selain itu, ditunggangi oleh kepentingan dan semangat koruptif, sehingga apa yang direncanakan justru yang terjadi adalah sebaliknya," jelasnya.
Selanjutnya, Rizal Ramli secara terang-terangan membeberkan contoh kasus yang dimaksud.
"Misalnya, niat untuk membantu baksos rakyat yang sulit. Rencananya bagus tapi tindakannya dicolong semua, dirampok semua," pungkasnya.
Ia menyatakan bahwa kasus korupsi bansos yang diniatkan untuk disalurkan kepada rakyat kecil adalah sebuah kejahatan terbesar sejak revolusi Indonesia.
"Ini kejatahan yang paling gede, sejak revolusi Indonesia berdiri," ungkap Rizal.
"Niat hanya menjadi alat bungkus, propaganda dari tujuan sesungguhnya, yaitu nyolong," tegasnya.