“Dengan sinergi ABG, Indonesia dan Korea Selatan dapat membangun rantai nilai yang kuat, mulai dari riset, inovasi, produksi, hingga distribusi produk kesehatan. Inilah kunci agar kerjasama kita tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi berkelanjutan,” tegas Taruna.
Sebagai contoh, Taruna mendorong adanya riset bersama antara universitas di Indonesia dan Korea Selatan untuk pengembangan obat-obatan berbasis bioteknologi.
Dunia usaha dapat menjadi motor penggerak komersialisasi produk hasil riset, sementara pemerintah melalui BPOM memastikan regulasi yang jelas dan ramah investasi.
Dengan model ini, inovasi dapat lahir di kampus, diproduksi oleh industri, dan segera sampai ke masyarakat dengan standar keamanan tinggi.
Dalam kesempatan yang sama, Park Sudeok Construction, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia, menyampaikan apresiasi atas inisiatif yang digagas Kepala BPOM RI.
Ia menegaskan bahwa hubungan Indonesia–Korea Selatan selama ini sangat erat dan memiliki ruang besar untuk berkembang, khususnya di bidang kesehatan dan inovasi industri.
“Kami melihat Indonesia sebagai mitra yang memiliki potensi luar biasa. Dengan dukungan BPOM, kerjasama ini diharapkan tidak hanya meningkatkan investasi, tetapi juga membawa manfaat nyata bagi masyarakat kedua negara,” ujar Dubes Korsel.
Selain memaparkan peluang investasi, Taruna Ikrar juga meresmikan Pameran Produk Kesehatan yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC).
Pameran tersebut menghadirkan 150 stand dari para pengusaha Korea Selatan, yang menampilkan beragam produk mulai dari obat-obatan modern, pangan fungsional, minuman kesehatan, hingga produk kecantikan berbasis inovasi terbaru.
Beberapa pengusaha Korsel turut memberikan tanggapan positif. Mr. Kim Chun Ho dan Mr. Lee Jong Sang, menyatakan antusiasmenya terhadap peluang kerjasama tersebut.















