Tagar Genose Kata Adian Trending di Twitter, Ada Apa?

Tagar Genose Kata Adian Trending di Twitter, Ada Apa?

Effendy Wongso

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Jakarta - Tagar Genose Kata Adian trending di Twitter, ada apa? Hari ini, Sabtu 26 Juni 2021, tagar GenoseKataAdian menjadi trending topic di Twitter. Pasalnya, Adian Napitupulu tidak setuju penggunaan GeNose dihentikan.

Anggota Komisi VII DPR tersebut tidak setuju penggunaan alat deteksi Covid-19 menggunakan napas buatan dalam negeri, GeNose C19 atau Gadjah Mada Electric Nose dihentikan.

Alasannya, GeNose digemari masyarakat karena tidak harus dicolok hidungnya seperti tes PCR atau antigen, harga tesnya pun terjangkau yaitu berkisar Rp30 ribu.

Oleh karena itu, pria 50 tahun tersebut menilai menghentikan penggunaan GeNose akan melukai rakyat kecil yang harus tetap beraktivitas untuk mencari nafkah meskipun di masa pandemi.

“GeNose dengan harga yang terjangkau dibandingkan antigen menjadi bukti bahwa negara hadir untuk semua rakyat tidak hanya untuk si kaya saja. GeNose diizinkan digunakan kan pasti ada prosesnya, apalagi dari Kemenkes juga sudah kasih izin," terang Adian, melalui keterangan persnya di Jakarta, Sabtu 26 Juni 2021.

Menrut Adian, ketika GeNose ditiadakan maka yang paling terpukul sebenarnya rakyat kecil yang tetap harus beraktivitas untuk mencari nafkah. Berikutnya, perjalanan akan berbiaya tinggi dan mempengaruhi mobilitas manusia yang berikutnya bisa memukul perekonomian.

Adian juga menyebut GeNose merupakan alat uji yang paling murah dan bukan murahan, apalagi asal-asalan. Buktinya, GeNose teruji dan izin edarnya dikeluarkan Kemenkes (Kemenkes RI AKD 20401022883).

Ia menambahkan, kehadiran GeNose juga membawa dua sisi positif yakni bisa dijangkau beragam kalangan dan di sisi lain membantu negara untuk melakukan identifikasi mereka yang terkena Covid-19 dengan cepat dan murah.

“Menghentikan penggunaan GeNose akan membuat kesehatan hanya menjadi milik orang orang kaya saja, yang mampu membayar mahal hanya untuk tes saja. Sederhananya, GeNose menjawab kebutuhan rakyat dan negara," imbuhnya.

Adian tidak sepakat jika lonjakan kasus Covid-19 di Tanah Air dikaitkan dengan akurasi GeNose. Ia mengatakan patut dipertanyakan beberapa desakan yang menginginkan penggunaan GeNose dihentikan.

"Itu pernyataan yang berdasarkan data, rasa atau kepentingan? Menurut saya, kalau berdasarkan data jika GeNose menjadi penyebab maka harusnya lonjakan Covid terjadi setidaknya satu atau dua bulan setelah GeNose dipergunakan atau sekitar bulan Maret atau April 2021 bukan bulan Juni," bebernya.

Adian juga menyampaikan faktanya, pada Maret dan April justru kasus Covid-19 di Indonesia justru pada titik terendah alias landai sekali. Ia melihat mereka yang mengkambinghitamkan GeNose tanpa data bisa jadi hanya menduga-duga.

"Hanya dapat dari ‘katanya’ atau ‘infonya’, tanpa pegang data yang valid. Atau bisa juga bagian dari kelompok yang memiliki kepentingan politik maupun bisnis," ujarnya.

Adian juga tidak memungkiri kemungkinan adanya persaingan bisnis antara GeNose dan antigen.

"Sangat mungkin walaupun konspirasi konflik itu sulit dibuktikan namun aromanya bisa tercium," katanya.

Menurut Adian, GeNose maupun segala bentuk dan jenis alat tes lainnya sebaiknya dibiarkan untuk digunakan dengan catatan selama alat itu memenuhi standar.

Bahkan, ia mengusulkan penggunakan GeNose tidak hanya digunakan di bandara atau stasiun saja, tetapi juga di terminal, pasar, mal, kelurahan, dan berbagai tempat umum.

"Sehingga akses masyarakat untuk melakukan deteksi dini terhadap Covid-19 semakin terbuka dengan harga yang juga terjangkau," katanya.