Terkini.id, Jakarta - Presiden Joko Widodo sempat menyinggung soal foto dirinya yang dipasang di baliho-baliho kandidat Calon Presiden di daerah.
Dalam pidato kenegaraan yang disampaikan di Gedung DPR - MPR RI itu, Jokowi secara tersurat menyampaikan bahwa tidak ada masalah jika fotonya dipasang.
"Walaupun saya paham sudah nasib seorang Presiden untuk dijadikan 'paten-patenan', dijadikan alibi, dijadikan tameng.
Bahkan walau kampanye belum mulai, foto saya banyak dipasang dimana-mana. Saya ke Provinsi A eh ada, ke Kota B eh ada, ke Kabupaten C ada. Sampai ke tikungan-tikungan di desa ada juga.
Tapi, bukan foto saya sendirian. Ada yang disebelahnya bareng Capres.
Ya nda apa, boleh-boleh saja," ucap Jokowi saat menyampaikan pidato kenegaraan, Rabu 16 Juli 2023.
Namun, ucapan tersebut dinilai beberapa pihak justru menunjukkan Jokowi kesal atau keberatan dengan salah satu kandidat Capres, Prabowo Subianto yang memasang fotonya di beberapa daerah.
Padahal, diketahui Jokowi yang merupakan seorang kader Partai PDIP, secara resmi memberi dukungan kepada Capres koalisi PDIP yakni Ganjar Pranowo.
Influencer Saidiman Ahmad, menilai dalam pembukaan pidato kebangsaan tersebut, Jokowi menyampaikan keberatannya.
"Buat yang tidak peka, akan menyatakan ndak apa-apa bawa-bawa nama dan foto presiden. Toh dia sendiri bilang 'Ya, ndak apa, boleh-boleh saja.' Tapi kalau lihat kalimat demi kalimat secara keseluruhan, sebenarnya Presiden Jokowi sedang menyampaikan keberatan," tulis Saidiman yang cuitannya ikut dibagikan oleh Denny Siregar.
Dia melanjutkan, terjemahan kasar pernyataan di pembuka pidato itu kira-kira begini: Mau maju jadi pemimpin nasional kok nggak punya rasa percaya diri. Nggak berkarakter. Ngekor popularitas orang. Lain partai pula. Emangnya saya tidak punya partai sendiri yang sudah punya calon sendiri? Seenaknya nyatut-nyatut. Kurang kerjaan!,
"Kira-kira terjemahan bebasnya begitu. Silakan bikin terjemahan sendiri jika kurang berkenan," tulis dia di media sosial.
Strategi Prabowo Menangkan Pilpres: Catut Jokowi, Gandeng Erick hingga Gibran Rakabuming
Pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya menilai, Prabowo sepertinya cuma menjalankan satu strategi untuk memenangkan Pilpres yakni menggunakan nama Jokowi.
Itu kemudian membuat ruang gerak Prabowo untuk mencari capres lain semakin sempit. Apalagi, ada isu keretakan di tubuh koalisi PDIP lantaran Jokowi diisukan lebih condong ke Prabowo dibanding Ganjar.
"Pilihannya ketika Prabowo menggunakan nama Jokowi, maka Cawapresnya kalau bukan Erick Thohir, muncul nama lain yakni Gibran Rakabuming," ucap Yunarto Wijaya lewat tayangan talkshow.
Menurut dia, Prabowo menjadi terkesan tertutup meskipun sudah membangun hubungan dengan Cak Imin (Ketua Umum PKB), dalam 10 bulan terakhir. Namun bukan Cak Imin yang kemudian menguat jadi Cawapres.
"Tadinya orang kira Erick Thohir karena Erick ini anak emasnya Jokowi. Tapi setelah ada gugatan ke MK soal usia calon wapres, wah tunggu dulu. Ini bukan anak emas tapi anak kandungnya nih (Gibran)," ungkap dia.