Terkini.id – Amerika Serikat menekan Israel melalui usulan resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendorong gencatan senjata sementara dan menyarankan agar Israel tidak melanjutkan rencana serangan terhadap Rafah di Gaza selatan.
Resolusi tersebut, yang diajukan oleh pemerintahan Biden, menandai langkah pertama AS dalam mendukung gencatan senjata secara eksplisit dalam konflik antara Israel dan Hamas.
Namun demikian, teks resolusi tersebut memberikan ruang bagi militer Israel untuk melakukan manuver, dengan menambahkan bahwa gencatan senjata sementara harus dimulai "sesegera mungkin".
Seruan AS terhadap Rafah, yang merupakan tempat perlindungan bagi sebagian besar penduduk Gaza, mencerminkan komentar yang dilontarkan oleh Presiden Joe Biden dalam beberapa hari terakhir.
Namun, pentingnya resolusi ini adalah sebagai sinyal bahwa AS siap menggunakan PBB sebagai sarana untuk memberikan tekanan pada Israel, tidak hanya melalui diplomasi bilateral.
Teks resolusi AS menyatakan bahwa serangan darat besar-besaran ke Rafah dalam kondisi saat ini akan mengakibatkan kerugian lebih lanjut terhadap warga sipil dan meningkatkan jumlah pengungsi, dengan potensi dampak serius terhadap perdamaian dan keamanan regional.
Oleh karena itu, dewan keamanan menegaskan bahwa serangan seperti itu tidak boleh dilakukan dalam situasi saat ini.
Menanggapi usulan tersebut, Direktur PBB untuk International Crisis Group, Richard Gowan menyatakan bahwa Israel mungkin akan lebih terpengaruh oleh resolusi AS daripada tuntutan-tuntutan lain dari anggota PBB lainnya.
“Saya menduga Israel akan lebih khawatir tentang rancangan resolusi dari [misi AS untuk PBB] daripada tuntutan yang lebih keras atau lebih kuat dari anggota PBB lainnya.” Kata Richard, dikutip dari The Guardian.
Belum jelas apakah resolusi AS akan disahkan atau diajukan untuk pemungutan suara. Namun, hal ini dapat membentuk dasar untuk negosiasi lebih lanjut dengan anggota dewan lainnya dalam beberapa hari mendatang.