"Dimana rusaknya? Kecuali kalau misalnya partai politik nggak bisa mengajukan calon, calonnya cuma satu, ini calonnya ada tiga, partai politik bisa mengajukan calon masing-masing kan," tuturnya.
Menjawab hal itu, Rocky mengaku tak ada urusan dengan sistem formal demokrasi. Ia hanya mempermasalahkan perilaku Presiden Jokowi dalam proses demokrasi di pemilu 2024.
"Saya nggak ada urusan dengan yang formil itu, yang saya mau terangkan adalah perilaku dari seorang presiden," kata Rocky Gerung.
"Jokowi dibesarkan oleh PDIP, lalu dia rusak PDIP demi ambisi dia tentang kekuasaan. Jokowi merusak untuk menyelematkan dinastinya. Jadi apa yang dia rusak? Ide tentang demokrasi itu," jelasnya.
Menanggapi pernyataan Rocky Gerung tersebut, Qodari pun menilai bahwa perbedaan pendapat di internal parpol merupakan hal yang biasa, seperti halnya Jokowi sebagai kader PDIP mendukung calon presiden yang berbeda dengan capres usungan partai berlambang moncong banteng tersebut.
"Perbedaan pendapat dalam satu partai politik itu biasa saja, jadi dimana merusaknya?. PDI Perjuangan bisa mengajukan calon seperti bagaimana seharusnya, soal kemudian calon yang diajukan oleh PDIP kalah yah itu pilihan masyarakat, itulah yang namanya demokrasi, itulah yang namanya pemilu," ujarnya.