ISSC mendorong harmonisasi standar nasional (SNI) dengan standar internasional seperti AISC (American Institute of Steel Construction) dan JIS (Japanese Industrial Standard) agar Indonesia dapat mempercepat adopsi baja tahan gempa dalam proyek infrastruktur.
Meski potensinya besar, adopsi baja seismik di Indonesia masih menghadapi tantangan, mulai dari keterbatasan produksi dalam negeri, biaya material, hingga keterampilan teknis tenaga kerja konstruksi.
“Kita harus mendorong kolaborasi antara industri baja nasional, perguruan tinggi, dan pemerintah.

Dengan riset berkelanjutan, kita bisa menekan biaya produksi dan memastikan ketersediaan baja tahan gempa buatan dalam negeri,”harapnya.
Dengan pembangunan masif seperti di Ibu Kota Nusantara (IKN) dan kota-kota besar lain, penerapan baja seismik dianggap krusial.
“Baja tahan gempa adalah investasi jangka panjang. Biaya awal mungkin lebih tinggi, tetapi manfaatnya jauh lebih besar dalam menyelamatkan nyawa dan mengurangi kerugian pasca bencana,”tandas Pemilik PT Artha Mas Graha Andalan.















