Gibran pada saat itu menyebut ada dua investor yang sudah berinvestasi di IKN yakni Mayapada dan Agung Sedayu. Padahal, dua perusahaan taipan tersebut juga menjadi sponsor pemenangan Prabowo-Gibran.
“Kok bisa disebut investor IKN? Artinya Gibran sedang endorse dong di panggung debat? Saya rasa ada harga tinggi yang ditawarkan di balik pengendorse-an dua perusahaan besar itu, karena levelnya tinggi bisa sampai ke panggung debat,” katanya.
Ketidakselarasan lain juga, saat Gibran membahas proyek strategis nasional (PSN) yang berjalan masif di Solo. Gibran menyebut PSN itu sudah merata ke seluruh daerah di Indonesia.
“Nyatanya berdasarkan data, diantara kota-kota lain Solo paling tinggi mendapat gelontoran PSN dari pusat. Dia juga menceritakan soal masjid Syekh Zayed yang menguntungkan Solo. Ya kalau bukan Presiden Jokowi apa bisa masjid megah itu berdiri di Solo? Itu hanya pertanyaan simple saja dari fakta yang ada,” paparnya.
Prihati Utami juga menyoroti ketika Gibran membahas soal e-commerce, sementara faktanya banyak perusahaanya bangkrut. Misalnya aplikasi Madhang yang kini akhirnya tutup, dan menyebabkan kerugian terhadap penggunanya.
“Lalu kalau sudah ada banyak jenis e-commerce yang dibentuknya dan tumbang begitu saja, apa layak dipamerkan ke publik?,” jelasnya.
Dia mengatakan, memang ada sebagian orang yang memuji penampilan anak sulung presiden itu. Kecakapannya dalam merangkai kata, cukup membuat publik terpukau. Namun, yang terpenting menurutnya justru kebenaran isi atau pernyataan yang diucapkan dan hal itu harus dibuktikan.
“Kalau fakta di lapangan saja rasanya tidak semanis yang dilontarkan calon pemimpinnya, bagaimana bisa kepercayaan itu tumbuh untuk membawa Indonesia menuju masa keemasannya?,” jelasnya.
Menurutnya, publik harus jeli dengan yang sudah disampaikan para kontestan. Jangan sampai publik termakan oleh hoax, karena yang diucapkan melenceng jauh dari fakta di lapangan.
Sebab, menurutnya pemimpin yang baik adalah pemimpin yang jujur dan berjalan pada relnya, selaras dengan pikiran, perkataan dan perbuatan. Moment debat menjadi pembuktian untuk mencari pemimpin ideal, yang bisa melanjutkan yang baik dan memperbaiki yang kurang baik.