Pentingnya Wawasan Keagamaan Dalam Memilih Pemimpin

Pentingnya Wawasan Keagamaan Dalam Memilih Pemimpin

EP
Echa Panrita Lopi

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Secara umum kehidupan beragama (religiositas seseorang) itu ada pada empat hal: 1) Aspek akidah/keimanan. 2) Aspek ubudiyah/amalan-amalan ritual. 3) Aspek mu’amalat/koneksi sosial yang diatur secara global oleh Islam (mana halal atau haram, mana yang boleh atau tidak). 4) Aspek khuluqiyah/karakter (termasuk di dalamnya karakter emosi).

Aspek akidah/keimanan seseorang itu memang tidak diketahui atau dilihat (invisible) oleh siapapun kecuali sang Pencipta dan yang bersangkutan. Tapi keimanan juga bukan suatu ruang hampa tanpa bukti-bukti.

Keimanan itu akan terlihat dalam komitmen pengabdian, baik secara vertikal (hablun minallah) maupun horizontal (hablun minan naas). Tanda-tanda keimanan itu banyak disebutkan dalam banyak tempat di Al-Qur’an.

Dengan demikian kehidupan keagamaan (Iman, ibadah, akhlak) akan dengan sendirinya terekspos dalam kehidupan seseorang dan pada segala aspeknya (pribadi, keluarga dan publik).

Pada aspek pribadi tentu secara common sense dapat dinilai melalui komitmen seseorang dalam sholat, baca Qur’an, dan seterusnya.

Pada aspek keluarga juga dengan gamblang dapat dilihat tanpa perlu saya rincikan. Demikian pula pada aspek sosial (jama’i) akan nampak pada mu’amalat dan khuluqiyat.

Kesabaran dan kemampuan mengontrol emosi misalnya menjadi pertanda keagamaan seseorang.

Yang ingjn saya garis bawahi kali ini adalah betapa blunder and konyol sebagain, apalagi mereka yang paham agama (Islam) dengan mengatakan bahwa memilih pemimpin tidak ada urusan dengan akidah dan agama.

Pemikiran seperti ini, sadar atau tidak adalah pemikiran yang teracuni oleh pandangan sekularistik.

Pandangan yang jelas bertentangan dengan nilai kehidupan Indonesia sebagai negara Pancasila yang berketuhanan.