Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi
TENTU banyak hal yang dikategorikan sebagai kekurangan (shortcomings) Amerika. Dari ragam permasalahan sosial, drug, persenjataan, hingga ke ragam imoralitas yang hampir tak lagi terkendalikan.
Amerika banyak tidak sadar jika permasalahan-permasalahan sosial di negeri ini, termasuk masalah-masalah keluarga, adalah pintu bagi kemungkinan ambruknya negara adidaya ini.
Namun sejak saya tinggal di negara ini hingga saat ini, belum ada yang paling mengecewakan dan memalukan lebih dari undangan Kongress dan Senate Amerika kepada Benjamin Natanyahu, a killer and war criminal war, untuk menyampaikan pidato di hadapan majelis bersama (joint session) Kongres/senat di gedung Capitol Hill Amerika.
Undangan kepada penjahat perang dan kehadirannya di negara ini adalah tamparan, bahkan menginjak-injak Konstitusi dan nilai-nilai Amerika (American values); human life and rights, human dignity, dan tentunya kemerdekaan dan keadilan untuk semua (justice for all).
Betapa tidak, hampir semua negara di dunia menyepakati jika Benjamin Natanyahu dan pemerintahannya adalah penjahat perang. Bahkan vonis sebagai penjahat perang itu telah dijatuhkan kepadanya oleh ICJ (International Court of Justice).
Hampir semua negara menerima vonis itu termasuk Francis dan Jerman. Hanya Amerika yang tetap bersikukuh membelanya bahkan kini dihadirkan sebagai pahlawan.
Saya tidak ingin lagi membahas konten pidato atau mengomentari tepuk tangan dan standing ovation anggota Senate/kongres.
Selain memalukan, juga hampir semua isi pidato Benjamin adalah “buhtaan adziim” (kebohongan besar) dan cenderung merendahkan/menghina Amerika.
Bagaimana tidak begitu nyata pembantaian massal dan penghancuran total Gaza, tapi Benjamin menyampaikan “almost none” (hampir tidak ada yang terbunuh dari kalangan sipil).