Ketika Penjahat Perang Diberikan Panggung Kehormatan di Amerika

Ketika Penjahat Perang Diberikan Panggung Kehormatan di Amerika

EP
Shamsi Ali
Echa Panrita Lopi

Tim Redaksi

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Karenanya pertemuan antara Kamala dan war criminal (penjahat perang) Benjamin itu menjadi sangat krusial bagi langkah-langkah politik Kamala Harris ke depan.

Posisi Kamala Harris dalam mendukung Israel tetap conventional (seperti yang lain). Bahwa Israel baginya adalah sekutu Amerika yang harus didukung dan dibela.

Hal itu dikarenakan Israel mengaku sebagai “they only Democratic nation in the Middle East”.

Tapi uniknya, Kamala termasuk kalangan minoritas yang menyerukan gencatan senjata bagi penyelesaian perang Hamas-Israel.

Tentu bagi para pendukung perjuangan bangsa Palestina, termasuk Komunitas Muslim, hal ini bagaikan setetes air di tengah padang pasir di musim panas. Ada apresiasi dengan posisi Kamala itu.

Apalagi Kamala Harris sebagai Presiden Senate (posisi Wapres juga sebagai Ketua senate) tidak hadir di acara pidato Penjahat perang itu di gedung Capitol Hill.

Ketidak hadiran itu tentunya memiliki makna yang penting bagi politik Amerika yang saat ini mencapai tingkat sensitifitas yang tinggi. Ketidakhadiran Kamala telah dianggap oleh para politisi Republikan sebagai sikap anti Yahudi dan Israel.

Sebaliknya bagi Komunitas Muslim ketidak hadiran Kamala itu dan beberapa petinggi dan anggota Senat dan Kongres di acara pidato itu, termasuk Barnie Sanders dan Ilhan Omar, dihargai sebagai sebuah harapan.

Harapan seperti itulah yang diharapkan kiranya dalam pertemuan antara capres dan war criminal itu akan menjadi forum bagi Kamala untuk menegaskan siapa dirinya sebagai politisi “non convensional” Amerika.

Satu, kiranya Kamala Harris kembali menegaskan posisinya bahwa pembunuhan yang masih terus berlangsung di Gaza dan berbagai kawasan lainnya di Palestina dihentikan sekarang juga. Jika tidak, Amerika memutuskan semua bantuan finansial dan militer ke Israel.