Mengejutkan, IDI Ungkap Penyebab Utama Kasus Corona Naik Bukan karena Mudik

Mengejutkan, IDI Ungkap Penyebab Utama Kasus Corona Naik Bukan karena Mudik

Effendy Wongso

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Jakarta - Mengejutkan, IDI ungkap penyebab utama kasus corona naik bukan karena mudik. Siapapun tahu, kerumunan yang tercipta pada saat mudik libur Lebaran 2021 lalu diduga menjadi salah satu faktor pemicu lonjakan kasus penularan corona di Indonesia. Pasalnya, mobilitas yang tinggi dengan mengabaikan protokol kesehatan memang menjadi biang penularan, seperti yang senantiasa disuarakan pemerintah, dalam hal ini Satgas Penanganan Covid-19.

Kendati demikian, ada kabar mengejutkan yang dilaporkan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Seperti dilansir dari detikcom, Senin 28 Juni 2021, IDI mengungkapkan penyebab utama naiknya kasus corona di Indonesia akhir-akhir ini adalah masuknya virus corona varian Delta ke Indonesia.

"Kalau (penyebabnya) mudik, mudik yang mana? Tanggal 4-17 (Mei) sudah selesai masa inkubasi, nah setelah tanggal 17 saya nggak tahu, itu bisa dikaitkan, karena 4-17 (Mei) kalau dia mudik dia sudah nulari, dan saat itu tujuh hari sudah keluar gejala. Jadi ini tidak mungkin, mungkin ada salah satunya iya. Tapi faktor pencetus utama adalah masuknya virus Delta ke Indonesia," beber Wakil Ketua Umum Pengurus IDI, Slamet Budiarto saat dihubungi wartawan, Senin 28 Juni 2021.

Menurutnya, virus corona varian Delta ini sangat parah. Virus corona biasa, imbuh Slamet, untuk bisa menulari manusia butuh waktu tiga bulan. Akan tetapi, varian Delta ini hanya butuh waktu dua-tiga minggu untuk menyebarkan virus.

"Virus lama butuh berapa bulan? Tiga bulan, kan? Oktober, November, Desember, Januari akhir meledak kan? Butuh waktu empat bulan. Ini (varian dDelta) butuh waktu berapa? Tiga minggu," tegasnya.

"Jadi mudik itu bukan satu-satunya penyebab, penyebab utamanya adalah masuknya virus Delta dari luar negeri, baik yang dibawa oleh orang asing ataupun dibawa orang Indonesia yang bekerja di sana. Artinya, tidak ketat (pengawasan keluar masuk)," imbuh Slamet.

Kendati demikian, Slamet menyebut bisa saja mudik ini menjadi salah satu penyebab naiknya kasus. Tetapi itu mudik yang dilakukan setelah masa pelarangan, yaitu setelah 17 Mei 2021.

"Kalau mau menyalahkan mudik, mungkin mudik setelah tanggal 17 (Mei), kan dilarang mudik 4-17, setelah tanggal 17 nggak disekat lagi, kalau mudik terkait Lebaran, berarti yang pulang kampung itu, jadi pulang kampung setelah tanggal 17 mungkin itu bukan penyebab tapi memperberat. Tapi tidak bisa menyalahkan 100 persen, yang disalahkan 100 persen kenapa virus itu masuk Indonesia? Penjagaan orang keluar masuk Indonesia gimana itu?" ungkapnya.

Slamet mengatakan, IDI menduga sebanyak 80 persen orang yang terkena virus corona varian delta di Indonesia. Ia menyebut, penularan varian Delta itu sangat cepat.

“Penelitian LIPI itu 70-80 persen (orang terkena varian delta), kalau kita perkiraan IDI tuh 80 persen virus Delta, karena sangat menular sekali, orang pakai masker tembus kok, masker satu lapis tembus, ini baru analisa kita ya, maka kita (anjurkan) dua lapis," imbaunya.

Slamet pun menyarankan agar pemerintah melakukan PSBB ketat seperti awal pandemi corona. Ia menilai itu efektif menurunkan kasus.

"Saran saya tenaga kesehatan itu sekarang sudah tertular kebanyakan, sudah vaksin, tertular lagi sehingga jumlah nakes kita sudah mulai kewalahan, sudah mulai kurang, ini harus kita hentikan dari hulunya, untuk mengurangi jumlah pasien yang ke rumah sakit dilakukan e-mobilisasi jadi mobilisasinya dihentikan, seperti PSBB pada saat di awal pandemi, kalau itu nggak bisa dilakukan ya sudah empat jam aja. Misal orang kerja delapan jam, terus hanya dibolehkan empat jam. Makanya PSBB yang dimodifikasi jadi ekonomi tetap jalan tapi (kasus) itu turun, cuma lebih lama, cuma kalau dilakukan seperti PSBB di awal pandemi itu cepat sekali (kasus turun)," paparnya.

Menurut Slamet, sisa virus itu kalau tidak ada pergerakan berhenti, mati dengan sendirinya. Oleh karena itu, pemerintah diminta membatasi pergerakan masyarakat.

Ia juga meminta pemerintah waspada akan bahaya virus corona varian baru. Ia meminta pemerintah membatasi keluar-masuk orang asing masuk.

"Ini masuknya virus Delta ke Indonesia jadi pelajaran sangat berharga, di India sudah ada lagi varian Delta Plus, nah kalau nggak ketat lagi, kalau kita tak bisa kendalikan nanti meledak lagi. Jadi percuma kita melakukan PSBB kalau arus orang keluar-masuk tidak diatur juga dengan ketat," tegas Slamet.