Ada ketidak warasan yang dipertontonkan tanpa malu-malu. Satu di antaranya adalah realita lapangan dan hasil survey yang sangat paradoksikal.
Di sinilah seharusnya kita harus menyikapi bahwa kompulsi atau pemaksaan opini “satu putaran ini” merupakan bagian dari proses-proses manipulatif yang sedang terjadi.
Berbagai manipulasi yang terstruktur dan masif, didukung oleh kekuatan kekuasaan dan dana, sedang mengusahakan jalan pembenaran (justifikasi).
Bahwa pada akhirnya ketika mereka berhasil dalam berbagai manipulasi itu, termasuk manipulasi undang-undang dan aturan, dan menang rakyat harus menerima karena memang itu kenyataan.
Pada akhirnya dalam proses demokrasi ini kita yakin bahwa kekuasaan ada di tangan rakyat.
Berbagai upaya mereka untuk memenangkan pilres tertentu dengan cara-cara manipulatif akan gagal jika semangat perubahan itu ditangkap oleh rakyat lalu mereka bangkit melawan pemaksaan kekuasaan yang semena-mena.
Rakyat memang harus sadar bahwa mereka bukan objek yang dijadikan mainan di musim politik.
Mereka harus menyadari posisinya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan mereka yang menentukan siapa yang seharusnya diamanahkan wewenang (otoritas) untuk memimpin bangsa dan negara ke depan.
Tapi yang terpenting dari semua itu adalah “Wahai Engkau yang memilki segala kekuasaan. Engkau berikan kekuasaan itu kepada siapa yang Engkau kehendaki dan cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki”.
Kita yakin bahwa di atas semua kekuatan dan kekuasaan ada yang lebih kuat dan berkuasa. “Dan Dia berkuasa atas segala sesuatu”.