Ini Kiat Para Pengusaha Kuliner UMKM Tetap Survival di Masa Pandemi

Ini Kiat Para Pengusaha Kuliner UMKM Tetap Survival di Masa Pandemi

Effendy Wongso

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Makassar - Ini kiat para pengusaha kuliner UMKM tetap survival di masa pandemi. Dalam masa pandemi, banyak pelaku usaha kecil, khususnya yang bergerak di bidang kuliner rontok terkena imbas destruktif virus corona. Pelaku kuliner usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) satu per satu tumbang lantaran dari segi permodalan mereka tidak terlalu kuat.

Kendati demikian, salah seorang pemuda berusia 27 tahun, Khalid Abdul Rahman yang juga founder Kaku Food, dengan semangat wirausaha yang tinggi tetap survival atau bertahan, bahkan masih mendulang untung berkat kreasi usahanya yang menggunakan sistem pembayaran digital.

Pembayaran digital itu memang sejalan dengan imbauan pemerintah yang menekankan transaksi tidak lagi banyak mengunakan uang kartal, namun lebih kepada transaksional secara digital. Selama ini, Khalid sendiri telah melakoni jualannya dengan menggunakan platform pembayaran digital ShopeePay.

Dalam dialog produktif bertajuk ‘Semangat Usaha Lokal Makassar’ yang digelar secara daring, Selasa 6 Juli 2021, Khalid memaparkan semangat dan kerja kerasnya dalam merintis usaha yang kini telah membuahkan hasil berupa tujuh cabang gerai Kaku Food yang ia kelola.

“Awal saya berkecimpung di bisnis kuliner adalah pada 2018. Namun, bisnis saya saat itu hanya bertahan satu bulan lantaran kurangnya persiapan pada riset pasar dan SDM,” imbuhnya.

Belajar dari kegagalannya, Khalid memberanikan diri untuk memulai kembali Kaku Food pada 2019 yang menjual aneka jajanan seperti pisang cokelat, pangsit goreng, tahu bakso, dan bakso goreng. Kali ini, ia mematangkan perencanaan pada lima pilar penting dalam membangun usaha, yaitu finansial, marketing atau pemasaran, produksi, sumber daya manusia (SDM), serta riset dan pengembangan.

Khalid mengakui, performa bisnis Kaku Food saat pandemi justru mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

“Riset pasar yang kami lakukan menghasilkan produk-produk yang sangat digemari pelanggan kami. Selain menghadirkan produk yang sesuai keinginan masyarakat, penting juga bagi sebuah bisnis untuk memberikan kenyamanan lebih dalam bertransaksi seperti menyediakan layanan pembayaran digital,” bebernya.

Ia mengatakan, penggunaan pembayaran atau transaksi secara digital merupakan sebuah keniscayaan khususnya di masa pandemi Covid-19. Selain itu, penggunaan transaksi digital dapat meningkatkan visibilitas bisnis UMKM lokal agar dapat menjangkau lebih banyak konsumen dengan memaksimalkan fitur serta manfaat dari layanan pembayaran digital.

“Bergabung dengan pembayaran digital telah meningkatkan visibilitas dan transaksi Kaku Food berkat adanya beragam stimulus yang ditawarkan seperti promo cashback yang menarik,” urai Khalid.

Untuk itu, ia berharap Kaku Food dapat semakin berkembang dan menjadi merek industri jajanan yang terbaik dan dikenal luas di Indonesia, khususnya di Kota Makassar dengan visi akan mengembangkan usahanya di kota lainnya.

“Tetapi untuk fokus pengembangan usaha saya, memang lebih dulu harus menjangkau Kota Makassar terlebih dulu,” kata Khalid.

Serupa Khalid, survivalitas para pengusaha muda di Makassar, khususnya dalam rundungan pandemi corona, juga dapat dilihat dari komunal bisnis Komunitas Tangan di Atas (TDA) ranting Makassar.

Ketua TDA Makassar Ahmad Fadli Taufik menjelaskan, sekitar 80 persen dari 430 anggota aktif komunitas yang di bawahinya itu merupakan pengusaha muda di bawah usia 30 tahun.

Ia mengakui, sebagian besar pebisnis UMKM mengalami turbulensi di masa pandemi. Bahkan, tidak sedikit yang harus melakukan peralihan lini bisnis.

“Di situasi pandemi ini, kunci untuk mempertahankan bisnis terletak pada adaptasi dan inovasi. Optimalkan ekosistem digital dari segala sisi, termasuk dalam hal metode transaksi, seperti yang dihadirkan ShopeePay,” beber Fadli.

Menurutnya, transaksional secara digital akan menstimulus pelaku UMKM, khususnya yang bergerak di bidang kuliner.

“Kami berharap akan semakin banyak pengusaha UMKM di Makassar dan sekitarnya yang memanfaatkan layanan pembayaran digital untuk mengembangkan bisnis mereka, dan mendorong revitalisasi perekonomian Sulawesi Selatan secara lebih luas,” kata Fadli.

Sementara itu, Wawan Uchu, salah seorang pembuat konten dengan topik seputar makanan di Makassar yang dikenal dengan nama akun @Ngemil_Lucu, turut menyambut baik program pembayaran digital.

Menurutnya, program tersebut merupakan upaya nyata dukungan pihak swasta pada bisnis UMKM, khususnya usaha kuliner di Kota Makassar.

“Persaingan bisnis kuliner kota Makassar dapat dikatakan cukup ketat. Apalagi, dengan adanya pandemi yang membuat masyarakat semakin berhati-hati terhadap pengeluaran mereka, dan dalam memilih di mana mereka membelanjakan uang. Saya berharap program seperti ‘Semangat Usaha Lokal Makassar’ dapat mendorong masyarakat untuk semakin mendukung bisnis kuliner kecil di masa pandemi ini,” harap Wawan.

Seperti diketahui, dalam kegiatan pengembangan pembayaran secara digital, pelaku usaha kuliner UMKM berkolaborasi dengan tiga sentra UMKM di Kota Makassar, yaitu Aroepala Food City, Hanggar Talasalapang, dan Check Point Nuri, yang sudah dimulai 4 Juli hingga 10 Juli 2021 mendatang.

Kegiatan dilakukan dengan mengedepankan protokol kesehatan yang ketat 5M, yaitu memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak aman, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas.