"Kondisi ini berpengaruh pada psikologi tahanan dan kinerja lembaga pemasyarakatan," jelasnya.
Meity juga menyarankan agar pemerintah, khususnya kementerian yang membidangi urusan ini, bisa lebih fokus untuk mencari solusi.
"Pembagian kementerian yang membidangi masalah ini di pemerintahan Presiden Prabowo diharapkan dapat memberikan perhatian lebih terhadap masalah overkapasitas dan pengelolaan rutan dan lapas,"urai Meity.
Kaburnya tujuh narapidana kasus narkoba dari Rutan Kelas I Salemba juga menarik perhatian publik Indonesia.
Di antara tahanan yang berhasil melarikan diri, terdapat beberapa yang dikenal sebagai gembong narkoba jaringan internasional Malaysia-Medan-Aceh-Jakarta.
Kepala Rutan Salemba, Agung Nurbani, dalam keterangan resminya menjelaskan bahwa ketujuh tahanan tersebut, termasuk Murtala, diduga melarikan diri dengan cara menjebol teralis besi di kamar mandi.

Setelah itu, mereka melompat ke area luar kamar mandi dan masuk ke dalam gorong-gorong atau saluran air yang mengarah keluar dari area rutan.
"Mereka lalu kembali menjebol teralis gorong-gorong menuju arah timur Rutan," katanya.
Kasus ini semakin memperburuk citra pengelolaan lembaga pemasyarakatan di Indonesia yang tengah menghadapi berbagai tantangan, terutama terkait dengan overkapasitas dan masalah keamanan.















