Demokrasi Merintih: Apa Kabar Rakyat Indonesia?

Demokrasi Merintih: Apa Kabar Rakyat Indonesia?

EP
Echa Panrita Lopi

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Penulis: Ryan Saputra (Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir)

Tulisan ini sebenarnya telah rampung ketika pesta demokrasi kemarin dilaksanakan. Momen dimana hashtag #lekaspulihdemokrasi bertebaran di platform media sosial.

Hal tersebut diakibatkan karena beberapa fenomena yang mencederai etika bangsa menjelang pemilihan presiden dan wakil presiden Indonesia.

Tentu di balik ketidakberesan sistem politik saat itu memantik rasa penasaran penulis, apakah penyebabnya murni dari tangan-tangan jahat para pejabat atau justru sikap apatis rakyat yang telah mengakar erat.

Dalam konteks Indonesia, demokrasi telah dipercaya sebagai sistem pemerintahan yang kompatibel dengan asa Ibu Pertiwi.

Beberapa alasan karena cakupannya tentang kebebasan berpendapat, penegakan hukum, kebebasan media massa, begitu dijunjung lagi diutamakan.

Walaupun demikian, perjalanan panjang demokrasi di Bumi Pertiwi ini tetap mengalami realitas yang berlika-liku. Intoleransi berkembang, pembungkaman terhadap kebebasan berpendapat, serta lembaga pemilihan dan perwakilan semakin “pewe” dengan ketidakstabilannya.

Untuk mewujudkan demokrasi yang efektif, tidak hanya perlu kesadaran pemerintah sebagai eksekutor, tapi masyarakat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi harus lebih “melek” terhadap perpolitikan yang ada.

Walaupun keduanya tetap harus memiliki inisiatif dan tekad untuk adanya pelaksanaan administrasi pemerintahan yang baik, serta sama-sama menjunjung tinggi toleransi dalam kehidupan bernegara.

Dalam suatu negara demokrasi, sangat diperlukan adanya partisipasi positif dari masyarakat sebagai tolak ukur dari keberhasilan sistem politik sebuah negara.

Tentu hal tersebut sekaligus tanpa menafikan profesionalitas eksekutif dalam menjalankan amanah rakyat. Sehingga, bisa dikata semakin banyak warga yang berpartisipasi, semakin berhasil sistem politik negara tersebut.