Terkini.id, Jakarta - Faisal Basri terus melontarkan kritiknya ke pemerintah terkait kebijakan hilirisasi tambang nikel. Selain menguntungkan asing, dia juga menyebut terjadi split personality di kalangan penguasa Indonesia.
Dia mencontohkan, kebijakan Indonesia sebelumnya telah melarang ekspor bijih nikel. Namun sebenarnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan sebenarnya tidak setuju dengan larangan ekspor bijih nikel.
"Ada split personality pada penguasa-penguasa kita. Saya udah ketemu Pak Luhut secara personal. Pak luhut tidak setuju larangan ekspor (bijih nikel) itu. Tapi gara-gara informasi ini saya dituding membocorkan omongan itu, karena katanya (Pak Luhut) itu pertemuan rahasia," ungkap Faisal Basri saat berbicara dalam Publikasi Kajian Aksi Ekologi & Emansipasi Rakyat (AERR) di Jakarta, Senin 25 September 2023.
"Nda ada itu rahasia-rahasia. Saya ketemu Luhut, nda ada itu rahasia, saya disangka menusuk dari belakang," ungkap dia.
Lebih lanjut, dia pun mengungkapkan kebijakan pemerintah yang melarang ekspor bijih nikel sebagai kebijakan yang tidak dipikir dengan matang.
Menurut dia, Luhut tidak setuju pelarangan ekspor nikel itu karena menyebabkan harga nikel dunia mahal.
"Kalau harga nikel mahal maka mulai sekarang perusahaan mobil listrik menjauh dari nikel," katanya.
Menurut dia, di China, ada pabrik baterai yang menggunakan sodium garam terbesar di dunia, dan harganya sepersepuluh dari baterai.
Menurut dia, di Indonesia, belum ada satupun industri yang mengolah nikel menjadi produk akhir langsung ke konsumen. Termasuk kendaraan listrik.
Bukan cuma itu, pabrik pembuat sendok garpu berbahan stainless steel juga belum ada.
"Kita harusnya pengekspor utama, harusnya stainless itu dipakai pabrik pisau, pabrik sendok, satupun nggak ada. Kalau nanti di Morowali ada pabrik sendok garpu, itu baru namanya industrialisasi. Sehingga smpai sekarang industri kita itu turun terus, ada satu yang naiknya, naik 15 persen 12 persen industri logam dasar, tapi tidak menciptakan spread effect ke industri lain karena dia sifatnya sendiri," ungkap dia.
Dia kemudian mengungkapkan alasan mengapa China gencar membangun industri smelter di Indonesia, karena di negaranya sudah dilarang membangun smelter lantaran tidak ramah lingkungan. "Pabrik batu bara sudah nda boleh," ungkap dia.