Terkini - Ekonom Faisal Basri, meninggal dunia pada usia 65 tahun pada 5 September 2024 lalu. Wafatnya Faisal Basri, membuat masyarakat mengingat kembali berbagai kritikannya atas kebijakan ekonomi pemerintah.
Faisal Basri, ekonom yang mendirikan Indef, seringkali berada pada posisi yang kontra dengan pemerintah. Sikap yang diambilnya lebih karena prinsipnya yang kuat, ketika melihat yang salah dan benar.
Namun, kritik-kritik yang disampaikan oleh Faisal Basri tersebut menunjukkan bukti cintanya ke Indonesia. Terlihat di blog yang dia kelola, yakni faisalbasridotcom, ekonom tersebut membuat sebuah tulisan berupa puisi, yang diposting pada 18 Agustus 2024. Puisi tersebut berjudul 'Rumah Indonesia, Rumah Kita..."
Lantas, apa saja kritik yang disampaikan Faisal Basri semasa hidup, jelang dia tutup usia? terkini.id merangkum beberapa poin yang masih relevan untuk menjadi referensi:
1. Hilirisasi Tidak Menguntungkan Indonesia, Justru Menguntungkan China
Salah satu kritik yang selalu dikritik oleh Faisal Basri adalah angka ekspor dari hasil hilirisasi pertambangan yang besar, tidak mencerminkan keuntungan sebenarnya yang didapatkan oleh Indonesia.
Seperti diketahui, angka ekspor besi baja sebelumnya diklaim oleh Presiden Jokowi sebagai hasil hilirisasi pada tahun 2022 adalah sebesar Rp510 triliun.
Tapi menurut hitungan Faisal Basri, nilainya cuma Rp413,9 triliun, karena berbagai kebijakan seperti diskon pajak yang diberikan Indonesia.
Selain itu, terlepas dari perbedaan data, Faisal juga mempertanyakan ke mana uang hasil ekspor yang seharusnya dinikmati oleh Indonesia?
Menurut dia, hampir semua perusahaan smelter pengolah bijih nikel 100 persen dimiliki oleh China dan Indonesia menganut rezim devisa bebas. Maka, adalah hak perusahaan China untuk membawa semua hasil ekspornya ke luar negeri atau ke negerinya sendiri.