Intoleransi laktosa adalah ketidakmampuan mencerna laktosa dalam susu atau makanan
dari produk susu, dengan gejala berupa nyeri pada perut, kembung dan diare (Perino
dkk, 2009; EFSA Panel on Dietetic Products, Nutrition and Allergies, 2010). Gangguan
lain yang bisa timbul pada anak setelah mengkonsumsi susu adalah alergi susu sapi (Cow Milk Allergy/ CMA).
Sebanyak 2-7% bayi terbukti mengalami alergi susu sapi (Host, 2002). Munasir dan Muktiarti (2013) menemukan bahwa 23% pasiennya mengalami dermatitis atopi (gangguan pada kulit) setelah mengkonsumsi susu sapi. Anak dengan alergi susu sapi bisa memiliki gejala ringan (gangguan menelan) sampai berat (diare, nyeri perut, gangguan pertumbuhan).
b. World Health Organization (WHO) tidak merekomendasikan penggunaan susu formula,
termasuk UHT untuk anak usia di atas dua tahun.
Sejak tahun 2013, WHO telah menegaskan bahwa pemberian susu formula lanjutan tidak perlu karena kandungan gizinya tidak sesuai dengan kebutuhan anak (WHO, 2023, 2013).
Sebaliknya, agar anak tumbuh sehat, WHO menekankan pentingnya penegakan menyusui secara optimal, bukan pemberian susu formula. Yaitu dimulai dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD), menyusui secara eksklusif selama enam bulan pertama, lalu melanjutkan pemberian ASI
hingga anak berusia dua tahun atau lebih sembari memberikan makanan pendamping
ASI yang bergizi alami sejak anak usia 6 bulan.
Rekomendasi WHO ini sejalan dengan
rekomendasi Kementerian Kesehatan dan telah diadopsi dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan.
Rekomendasi yang sama juga diberikan oleh American Academic of Pediatrics (AAP) bahwa berdasarkan studi kandungan gizinya, kebanyakan susu formula bayi maupun susu untuk anak hingga tiga tahun memiliki kandungan dan komposisi di bawah standar dan bahkan tidak diperlukan oleh anak karena antara lain mengandung protein yang tinggi atau rendah, kandungan natrium yang lebih tinggi
dibandingkan susu sapi, dan pemanis tambahan (AAP, 2023).
c. Studi ilmiah secara konsisten menunjukkan bahwa kandungan gula yang ada dalam susu
UHT cukup tinggi. Sebagian besar produk susu baik susu cair maupun bubuk yang beredar di pasaran Indonesia memiliki kandungan gula total yang cukup tinggi yaitu antara 3,5 gr - 11,25 gr per saji (100ml) atau 13,5g per saji.
Banyak pula yang mengandung lima jenis gula tambahan atau pemanis. Selain itu, jumlah kepadatan energi, lemak jenuh, dan natrium juga cukup tinggi, sehingga tidak bisa disebut sebagai minuman bergizi (Pries et al., 2021).
Kadar ini melanggar rekomendasi konsumsi gula tambahan untuk anak berusia di bawah 2 tahun dan melewati batas konsumsi gula
untuk anak berusia di atas 2 tahun yang tidak boleh melebihi 6 sendok teh (25 gram)
gula tambahan per hari.















