Semringah Vaksinasi dalam Kesetaraan, Covax bagai Oase di Tengah Kerontang Pandemi

Semringah Vaksinasi dalam Kesetaraan, Covax bagai Oase di Tengah Kerontang Pandemi

Effendy Wongso

Penulis

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Terkini.id, Jakarta - Program vaksinasi nasional masih terus berjalan seiring klaim pemerintah yang telah mengamankan vaksin yang ditujukan bagi masyarakat, baik melalui skema impor maupun dari program Covax. Paling tidak, hal itu telah menunjukkan kinerja mumpuni guna mengeradikasi pandemi Covid-19.

Sekadar diketahui Covax adalah singkatan dari Covid-19 Vaccines Global Access, merupakan sebuah inisiatif global negara-negara maju yang bersinergi untuk membantu program vaksinasi bagi negara-negara miskin dan berkembang seperti di Asia dan Afrika, dengan tujuan kesetaraan distrbusi vaksin-vaksin Covid-19.

Covax sendiri dipimpin Global Alliance for Vaccines and Immunization (GAVI), Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), dan lainnya.

Pendistribusian vaksinasi secara gratis atau melalui bantuan ini merupakan tugas pilar “Access to Covid-19 Tools Accelerator”, sebuah inisiatif social responsibility atau kepedulian sosial yang diinisiasi WHO, juga Komisi Eropa dan pemerintahan Perancis sebagai tanggapan terhadap penanggulangan pandemi Covid-19 pada April 2020.

Selain itu, Covax juga ditujukan untuk mengkoordinasikan sumber daya internasional guna membolehkan akses setara dari diagnostik, pengobatan, dan vaksin Covid-19 tanpa tendensi dan alangan birokrasi dalam kondisi kedaruratan.

Pemerintah Amerika Serikat (AS) sendiri, melalui Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan menyatakan, pihaknya akan menentukan pembagian sumbangan dosis vaksin melalui program Covax.

“Kami tidak mencari konsesi, tidak memeras, atau memaksakan prasyarat seperti yang dilakukan negara lain, penyedia vaksin. Kami tidak melakukan hal-hal semacam itu,” terang Sullivan, seperti diwartakan VOA, Jumat 4 Juni 2021.

Menurutnya, vaksin yang diberikan itu disumbangkan secara gratis dan jelas kepada negara-negara yang membutuhkan, dengan satu tujuan yaitu meningkatkan kesehatan masyarakat sekaligus mengakhiri pandemi.

Sebelumnya, pada Kamis 3 Juni 2021, Presiden Joe Biden mengumumkan AS akan menyumbangkan 75 persen vaksin Covid-19 yang tidak terpakai ke program global Covax dukungan PBB (WHO).

Itu dilakukan ketika semakin banyak warga AS sudah divaksinasi dan adanya ketimpangan global dari kebutuhan terkait vaksin bagi negara-negara prasejahtera yang lebih mencolok.

Dari 25 juta dosis tahap pertama, Gedung Putih menyatakan sekitar 19 juta dosis akan diberikan ke program Covax. Rinciannya, sekitar enam juta dosis untuk Amerika Selatan dan Tengah, tujuh juta ke Asia termasuk Indonesia, dan lima juta untuk Afrika.

Dosis vaksin tersebut menandai kontribusi yang substansial dalam kegawatdaruratan terhadap upaya Covax yang diakui berjalan lamban, yang sejauh ini baru mendistribusikan 76 juta dosis ke negara-negara yang membutuhkan.

Seperti diketahui, Gedung Putih berupaya membagikan 80 juta dosis secara global pada akhir Juni 2021, sebagian besar melalui Covax. Kendati demikian, 25 persen kelebihan vaksin itu akan disimpan sebagai cadangan untuk keperluan darurat dan dibagikan langsung kepada mitra dan sekutu AS.

Adapun sisa enam juta pada tahap awal 25 juta dosis vaksin, akan ditujukan Gedung Putih ke sekutu dan mitra AS, termasuk Meksiko, Kanada, Korea Selatan, Tepi Barat dan Gaza, India, Ukraina, Kosovo, Haiti, Georgia, Mesir, Yordania, Irak, dan Yaman, serta untuk pekerja garis depan PBB.

Bantuan vaksin Covid-19 untuk Indonesia dari Covax sendiri telah diterima dan tiba di Tanah Air pada Senin 8 Maret 2021 lalu. Menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Indonesia mendapat jatah 11,7 juta dosis vaksin Covid-19 AstraZeneca dari Covax. Dari angka tersebut, sebanyak 1.113.600 di antaranya tiba pada hari yang sama pada Senin 8 Maret 2021.

“Pengiriman ini adalah bagian awal, batch pertama dari pemberian vaksin Covid-19 via jalur multilateral. Pengiriman batch pertama akan dilakukan hingga Mei 2021,” beber Retno di Bandara Soekarno-Hatta saat menyambut bantuan vaksin tersebut.

Seperti yang diungkapkan Retno, pengiriman batch pertama tidak akan menjadi yang terakhir untuk Indonesia. Jika tidak ada alangan, pengiriman tersebut akan dilanjutkan dengan batch-batch selanjutnya guna memastikan seluruh warga Indonesia bisa menerima vaksin.

Ia mengapresiasi upaya Covax yang diinisiasi WHO guna menjamin kesetaraan akses terhadap vaksin Covid-19. Pasalnya, Retno mengatakan kesetaraan akses harus diperjuangkan karena upaya menekan pandemi Covid-19 tidak akan usai hingga semua orang berhasil divaksinasi.

“Prinsip kesetaraan akses tersebut terus kami dukung. Upaya multilateral ini sendiri sudah mulai membuahkan hasil. Sejak Februari 2021 lalu, vaksin Covid-19 dari skema multilateral mulai didistribusikan,” terang Retno yang juga co-chair dari Covax Vaccine Alliance.

Sebelumnya, WHO sudah mengajak negara-negara maju untuk bersama mengkoordinasikan pendistribusian yang tepat bagi negara-negara yang lebih membutuhkan. Untuk itu, Organisasi Kesehatan Dunia itu mengimbau untuk tidak menyumbangkan vaksin Covid-19 ke negara-negara lain dengan skema masing-masing. Artinya, ada satu tujuan pendistribusian agar dapat terorganisir dengan rapi. Jika tidak, WHO mengatakan hal itu malah akan membuat penyebaran vaksin Covid-19 tidak merata.

WHO kemudian menyarankan segala vaksin Covid-19 yang hendak disumbangkan untuk didistribusikan harus melalui Covax. Nantinya, tinggal diatur saja ke mana negara tujuannya. Dengan begitu, stok vaksin Covid-19 yang sudah dimiliki Covax sebelumnya, dapat dialihkan ke negara-negara lain yang lebih membutuhkan. WHO mengklaim, negara-negara Afrika menjadi fokus utama Covax pada Februari 2021 lalu.

Di Indonesia, vaksinasi Covid-19 terus berjalan. Adapun target sasaran vaksinasi Covid-19 Indonesia adalah 181.554.465.