Terkini.id - Riset terbaru yang dilakukan sejumlah ilmuan Inggris menyimpulkan limbah tambang logam berdampak pada 23 juta orang di seluruh dunia.
Riset ini dilakukan seiring dengan pesatnya aktivitas pertambangan di beberapa negara di dunia, termasuk di Indonesia untuk menunjang permintaan logam untuk teknologi baterai kendaraan listrik, lithium hingga tembaga.
Riset menunjukkan, setidaknya 23 juta orang di seluruh dunia tinggal di dataran banjir yang terkontaminasi oleh konsentrasi limbah beracun yang berpotensi berbahaya bagi manusia.
Limbah tersebut berasal dari aktivitas penambangan logam, menurut sebuah penelitian.
Para ilmuwan Inggris memetakan 22.609 tambang logam aktif dan 159.735 tambang logam non-aktif di dunia dan menghitung tingkat polusi dari masing-masing titik.
Limbah kimia dapat timbul dari operasi penambangan dan merambat ke tanah dan saluran air.
"Kami memetakan area yang kemungkinan tercemar [limbah tambang logam].
"Ketika Anda menggabungkannya dengan data populasi, sekitar 23 juta orang di dunia hidup di tanah yang dapat disebut 'terkontaminasi'," kata Chris Thomas, profesor perairan dan kesehatan planet di University of Lincoln.
Oleh karena itu, para peneliti mengatakan tambang di masa depan harus direncanakan "dengan sangat hati-hati".
Temuan ini sangat penting karena permintaan melonjak untuk logam yang dapat digunakan dalam teknologi baterai dan elektrifikasi, termasuk lithium dan tembaga, kata Prof Mark Macklin dari University of Lincoln, yang memimpin penelitian itu.