Pilpres Buruk dan Ancaman Demokrasi

Pilpres Buruk dan Ancaman Demokrasi

EP
Shamsi Ali
Echa Panrita Lopi

Tim Redaksi

Terkinidotid Hadir di WhatsApp Channel
Follow

Oleh: Shamsi Ali Al-Kajangi

Di sebuah WA group terjadi perdebatan tentang pelaksanaan pemilu, khususnya pilpres kali ini. Walaupun ada yang mencoba memoles dengan polesan warna-warni pujian yang menggelikan, kenyataan dan fakta di lapangan tidak bisa ditutupi.

Ragam fakta di lapangan menunjukkan bahwa pilpres kali adalah pilpres yang terburuk dalam sejarah Indonesia.

Penilaian ini tidak ada kaitannya dengan dukungan pada capres-cawapres tertentu. Tapi lebih kepada penilaian rasional yang didasarkan kepada berbagai realita yang ada, yang tanpa malu-malu lagi menginjak-injak aturan dan etika yang seharusnya dijunjung tinggi bersama.

Kali ini saya sampaikan tujuh fakta yang menjadi alasan penting kenapa pemilu, khususnya pilpres, kali ini sangat buruk.

Satu, keterlibatan kekuasaan dengan cawe-cawe Presiden bahkan jauh sebelum proses-proses pilpres dimulai.

Grasak-grusuk yang di perlihatkan secara terbuka oleh Presiden (penguasa) jelas secara etika sangat memuakkan. Akibatnya sebegitu banyak pihak yang dikorbankan, termasuk mereka yang merasa akan dicawaprwskan ketika itu.

Puncak dari cawe-cawe dan keterlibatan Presiden (penguasa) ini adalah friksi yang terjadi antara Presiden dan partai pengusungnya (PDIP).

Dua, Cawe-cawe presiden tidak terhenti dengan keinginannya mendukung pengganti yang dianggap loyal dan melindungi kepentingannya.

Yang runyam lagi adalah ambisi Presiden untuk melanjutkan kekuasaan melalui proses yang sangat tidak etis.

Terjadi nepotisme dengan mengangkangi (merubah) perundang-undangan. Semua ini melahirkan berbagai prilaku nepotis yang melibatkan seorang ayah, paman/adik ipar dan anak.