Terkini.id, Papua - Konflik bersenjata antara TNI-Polri dengan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) masih terus berlanjut.
Baru-baru ini, TPNPB menantang prajurit gabungan TNI-Polri untuk berperang di lokasi yang mereka tentukan, yaitu Muara Puncak di Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua.
Melansir jubi, TPNPB memilih lokasi tersebut sebagai area perang untuk menghindari jatuhnya korban dari warga sipil.
Menurut juru bicara TPNPB, Sebby Sambom melalui keterangan persnya, Kamis, 27 Mei 2021, lokasi perang tersebut ditetapkan oleh Panglima TPNPB Jenderal Goliat Tabuni dan Komandan Operasi Nasional TPNPB Lekagak Telenggen pada pekan lalu.
"Jenderal Goliat Tabuni bersama Mayor Jenderal Lekagak Telenggen umumkan lapangan perang di Muara, Ilaga, Kabupaten Puncak, demi mengamankan keselamatan rakyat sipil di Puncak,” tulis Sambom dalam keterangan pers tertulisnya, seperti dikutip terkini.id dari jubi, Jumat, 28 Mei 2021.
Sambom menyatakan bahwa Goliat Tabuni meminta pasukan aparat keamanan Indonesia untuk berperang di lokasi yang sudah ditentukan.
Selain itu, Sambom juga meminta pasukan gabungan TNI-Polri agar menghentikan aktivitas mereka di area perkampungan warga sipil.
"TPNPB sudah ditempatkan di Muara, Ilaga. Sampai detik ini, pasukan TNI-Polri belum masuk area perang, masih operasi di perkampungan warga. Apakah tujuan militer kolonial Indonesia bersama pasukannya untuk membunuh warga sipil?” ujarnya.
Sambom juga menantang pasukan TNI-Polri agar keluar dari pemukiman warga dan berperang di lokasi yang telah mereka tentukan.
"Pemerintah kolonial Indonesia (harus) segera mengarahkan pasukan kolonial Indonesia itu ke lokasi perang yang TPNPB tentukan. Jangan mengganggu aktivitas rakyat sipil Papua di Ilaga (dan) Distrik Gome,” ujar Sambom dalam keterangan persnya.
Tak hanya itu, TPNPB juga menyatakan agar pasukan TNI-Polri berperang melawan mereka daripada terus beraktivitas di permukiman warga sipil.
Menurut Sambom, kondisi itu membuat warga sipil takut. "Situasi terakhir pada 24 Mei 2021, rakyat sipil di Ilaga tidak aman, dan kehidupan sehari-hari mereka dijalani (di bawah tekanan) militer di Puncak,” tegasnya.















